PELITAKALTENG, MUARA TEWEH - Dalam rangka penguatan upaya penanggulangan dan eliminasi penyakit Tuberkulosis (TBC), Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara menyelenggarakan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis Tahun 2025 yang digelar selama dua hari, 2-3 Oktober 2025, di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara.
Pertemuan ini dihadiri oleh para Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Informasi Kesehatan (PIH), serta perwakilan Puskesmas dan RSUD se-Kabupaten Barito Utara.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara, Pariadi AR melalui Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (PSDK), Yessi Aria Puspita, SKM, M.Kes, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Indonesia saat ini masih menjadi negara dengan kasus TBC terbanyak kedua di dunia.
“Setiap jam, 14 orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Ini adalah ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, kita harus memperkuat strategi dari tingkat fasilitas kesehatan hingga peran lintas sektor,” tegas Yessi.
Ia menambahkan, target nasional eliminasi TBC tahun 2025 mencakup 90 persen deteksi kasus, 100 persen inisiasi pengobatan, dan keberhasilan pengobatan di atas 80 persen. Untuk mencapainya, diperlukan sinergi antara faskes, masyarakat, dan komunitas.
“Komunitas memiliki peran besar dalam investigasi kontak, skrining kelompok berisiko, serta pendampingan dan monitoring pengobatan. Ini perlu kita dukung penuh,” ujarnya.
Di Kabupaten Barito Utara, tercatat sebanyak 227 kasus TBC yang ditemukan dan telah menjalani pengobatan pada tahun 2025. Namun, sejumlah tantangan masih dihadapi, seperti belum optimalnya investigasi kontak, rendahnya cakupan Terapi Pencegahan TBC (TPT), serta keterlambatan dalam pencatatan dan pelaporan kasus.
“Masih ada gap antara temuan kasus dan jumlah pasien yang memulai pengobatan. Oleh karena itu, kegiatan monitoring dan evaluasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi yang tepat di tingkat Puskesmas maupun RSUD,” jelas Yessi.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait terapi pencegahan. Banyak individu yang menolak TPT karena merasa sehat, padahal mereka memiliki riwayat kontak erat dengan penderita TBC. “Promosi kesehatan harus ditingkatkan agar cakupan TPT di Barito Utara bisa lebih optimal,” katanya.
Pertemuan ini diharapkan menjadi forum strategis untuk meningkatkan kualitas pelaporan data, akurasi pencatatan, serta merumuskan langkah konkret dalam penguatan program P2 TBC di daerah.
“Kami harap seluruh peserta dapat mengikuti pertemuan ini dengan serius dan aktif berdiskusi terkait data, kendala, maupun inovasi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan program TBC,” tutup Yessi.(adm)
Copyright © 2020 Pelita Kalteng All rights reserved. | Redaksi | Pedoman Media Cyber | Disclimer